Ima berbagi cerita menjadi mahasiswa bidang Sastra di Prancis

Sitti Fhatimah SARRO yang saat ini tengah menjalani program M2 Littératures, Arts, et Sciences Sociales (LASS) di Université de Poitiers menceritakan serunya mempelajari bidang Sastra, yang memiliki korelasi dengan situasi politik di suatu zaman dan/atau wilayah.

Penasaran? Yuk kita baca kisah lengkapnya !

Apa yang membuat kamu memilih Prancis untuk studimu?

Prancis adalah tempat ideal bagi mahasiswa dengan latar belakang studi seperti saya, mengambil ilmu budaya jurusan sastra Prancis pada mulanya di jenjang strata 1 dan kemudian melanjutkan ke jenjang Master di jurusan sastra, seni dan ilmu sosial. Tak diragukan lagi dengan banyaknya nama nama terkenal sebagai sastrawan, seniman dan tokoh – tokoh filsafat dan politikus yang terinspirasi atau yang memulai dan mengembangkan  ide, pemikiran ataupun karya mereka di negara inilah yang menjadi daya tarik saya untuk juga melakukan aktivitas akademik. Di kampus saya misalnya, adalah tempat yang sama dimana Rabelais dan René Descartes dulunya menuntut ilmu.

 

Mata kuliah apa yang paling menarik selama kuliah di Prancis ? Apa alasannya?

Hampir semua mata kuliah yang saya ambil menarik (ini adalah alasan utama mengapa saya mengambil formation tersebut). Jadi sangat sulit memutuskan hanya satu diantara banyak yang menarik tapi mungkin tak akan muat saya tuliskan disini satu per satu tentang bagaimana beberapa mata kuliah tersebut memberi pengaruh pada saya. Tiga diantaranya adalah;

  1. Littérature et Cinéma (semester ganjil) dan Littérature et culture populaire (semester genap). Alasannya karena pada séminaire ini, kami mengeksplorasi begitu banyak karya seni, sastra dan budaya (film, musik, peradaban, etc) dan mendalami teori, alasan dan pengaruh munculnya karya tersebut di lingkungan tertentu pada masa tertentu.
     
  2. Savoir de la fiction (Utopie dan Dystopie). Alasannya, genre sastra yang mungkin tak asing lagi bagi saya, namun barulah dalam séminaire ini saya melihat pengaruh yang sangat besar sekali terhadap kondisi politik dan sosial di negara – negara tertentu yang mana karya – karya utopia dan distopia dijadikan acuan ideologi para pemimpin – pemimpin negara demi mencapai misi tertentu.
     
  3. Reception et usage politique littéraire, Séminaire yang awalnya sangat rumit karena dituntut untuk berpikir sangat tajam dan kritis pada suatu karya sastra untuk melihat bagaimana penerimaan dan penggunaan karya tersebut.

 

Apa pengalaman paling berkesan yang kamu rasakan dari pengalaman selama studi di Prancis?

Sebagai mahasiswa sastra dan ilmu sosial, fakultas kami adalah yang terkenal paling vokal untuk menyuarakan suatu ide/pandangan/kritik. Jadi tak jarang sayapun berpartisipasi untuk malakukan ‘manifestation’ dan beruntung hampir seluruh dosen juga memberikan kepekaan pada mahasiswa untuk terlibat dan mendukung aksi – aksi tersebut. Selama setahun terakhir sebelum Pandemi ini, saya ikut turun ke jalan untuk demonstrasi ‘Précarité des retraites, étudiants, et enseignant/chercheurs' (Ketidakpastian nasib pensiunan, mahasiswa, dan pengajar/peneliti). Adalah suatu pengalaman yang luar biasa bisa terlibat langsung (dan juga merasakan dampak ‘strike’ – mogok kerja) di negara yang sangat menjunjung tinggi nilai nilai demokrasi.

 

Untuk cita-cita masa depan, apakah menurutmu studi di Prancis akan membantu mewujudkan impianmu?bagaimana ?

Tentu. Dengan sistem belajar, berpikir dan sistem pengajaran terbaik yang saya dapatkan selama studi ini akan membentuk saya sebagai pemuda kompetitif, disiplin juga kritis, yang mempunyai cara pandang luas dan haus akan ilmu. Dan dengan bekal inilah saya pikir dapat membantu mencapai mimpi – mimpi saya.

 

Bagi donk tips dan trik untuk pelajar Indonesia yang ingin lanjut studi di Prancis 

Belajar tak akan pernah menjadi hal yang sia – sia, maka dari itu asalah terus kemampuan dan minat kamu, di bidang apapun itu, karena Prancis selalu punya tempat bagi orang – orang yang passionnante. Sampai jumpa di Prancis!