
La chercheuse française Emmanuelle Charpentier prix Nobel de Chimie 2020
Après Marie Skłodowska-Curie, en 1903 et 1911, et Irène Joliot-Curie en 1935, la chercheuse Emmanuelle Charpentier est la 3e femme française à décrocher en 2020 un Prix Nobel, celui de chimie, qu’elle partage avec l’américaine Jennifer Anne Doudna pour leur découverte d’un outil moléculaire révolutionnaire en matière de génétique.
“Sebuah kebanggan besar untuk dunia riset dan kimia Prancis” dan “sebuah pengakuan atas keunggulan riset di Prancis dan sebuah kemajuan yang patut dipertimbangkan bagi dunia kedokteran bio dan genetika” adalah istilah-istilah yang dipilih oleh Menteri Riset dan Menteri Kesehatan Prancis untuk memuji pencapaian atas penemuan “gunting molekuler” tersebut. Sementara bagi Perdana Menteri Prancis, Penghargaan Nobel ini bukan hanya penghargaan atas “riset revolusioner yang dilakukan oleh Emmanuelle Charpentier dan Jennifer Doudna”, namun juga atas “dunia riset Prancis yang sekali lagi kami dedikasikan untuk keunggulan dan daya tarik internasional”.
Kemajuan fundamental dan harapan besar
Penemuan teknik “gunting molekuler CRISPR-Cas9” pada tahun 2012 oleh dua peneliti perempuan tersebut merupakan sebuah kemajuan yang fundamental dalam bidang rekayasa genetika. Kementerian Riset Prancis menggarisbawahi bahwa teknik rekayasa tersebut seperti “gunting molekuler yang bisa dipakai untuk memotong dan memodifikasi DNA di tempat-tempat tertentu dalam genom”. Gunting tersebut bisa digunakan untuk “menonaktifkan sebuah gen, mengontrol ekspresinya atau memodifikasinya, sehingga membuka jalan baru untuk memahami mekanisme molekuler dan pengembangan metode terapi baru”. CRISPR-Cas9 membentuk “sebuah harapan besar untuk pengobatan penyakit patologi bawaan” serta “teknik yang menjanjikan untuk pengembangan berbagai jenis terapi imun baru untuk pengobatan kanker”.
Peneliti wanita Prancis dengan karir internasional
Setelah mendapatkan gelar Master dari Universitas Sorbonne, kemudian gelar Doktor dan pendidikan pascasarjana di Institut Pasteur, Emmanuelle Charpentier, pakar biologi mikro, genetika dan biokimia, merupakan salah satu “contoh dari keunggulan pendidikan ala Prancis”. Di samping pendidikan Prancis tersebut, peneliti perempuan ini juga pernah menjejakkan karier internasional di berbagai lembaga Amerika sebelum akhirnya kembali ke Eropa (Swedia dan Jerman). Ia sekarang adalah dosen di sebuah lembaga yang ia dirikan dan pimpin, Institut Max Planck for the Science of Pathogen.
Duo wanita teladan bagi remaja perempuan
Seperti yang banyak digarisbawahi oleh para komentator, inilah pertama kalinya “duo perempuan” mendapatkan Penghargaan Nobel di bidang sains. Dalam pernyataannya kepada Agence France Presse (AFP), penerima Penghargaan Nobel asal Prancis tersebut mengemukakan fakta bahwa “para ilmuwan perempuan dapat juga memberikan dampak dalam dunia riset sebagaimana yang mereka berdua lakukan”, sebuah pesan dan harapan besar yang ia sampaikan “untuk perempuan-perempuan muda yang akan berkarir di dunia ilmiah”.
Actualités recommandées

